Akasagarbha Bodhisattva ( 虚空藏菩萨)
Banyak orang sering mendengar maupun membaca nama Bodhisattva Akasagarbha, namun riwayat Bodhisattva ini sendiri, tidak banyak diketahui umat. Beliau ini adalah salah satu dari delapan Maha Bodhisattva (Ashtamahabodhisattva) yang terdiri dari Avalokitesvara, Manjushri, Samantabhadra, Maitreya, Ksitigarbha, Akasagarbha, Mahasthamaprapta (Vajrapani) dan Sarvanivarana-viskambhin.
Akasagarbha (Xukongzang – Mandarin, Kokuzo – Jepang) dikenal pula dengan sebutan yang lebih pendek, Khagarbha. Sebutan “akasa” berarti angkasa yang tidak terbatas dan “garbha” adalah “kandungan/harta”. Jadi arti nama Akasagarbha adalah “harta angkasa yang tidak terbatas”, yang
menyimbolkan kebijaksanaan para Buddha yang sangat luas.
Dalam Da-fang-deng-da-ji Jing tercantum: “Misalkan ada seorang sesepuh yang kaya raya dan rakyat awam. Harta simpanan sesepuh itu tak terhingga banyaknya, penuh dengan uang dan permata. [Sesepuh itu] berdana tanpa rasa kikir. Saat berdana, para fakir miskin datang kepadanya dan meminta
sebanyak yang mereka butuhkan, [sesepuh] itu membuka gudang hartanya dan memberikan sebanyak yang dibutuhkan. Para fakir miskin itu menjadi terpuaskan. Setelah berdana, sesepuh itu bergembira dan tidak menyesal.
Para putra bajik, demikianlah pula Bodhisattva Akasagarbha [mempraktikkan kebajikanNya]“.
Akasagarbha Bodhisattva Mahasattva ( Xu Kong Zang ) memiliki Mahamaitrikaruna , mampu mengentaskan insan dari malapetaka dan kesukaran. Jika ada insan yang telah melanggar parajika dan harus terjerumus kedalam alam rendah, semua akar kebajikannya telah terbakar. Bagi mereka, Akasagarbha Bodhisattva Mahasattva adalah mentari yang menerangi gelapnya pandangan salah dari avidya dan Merupakan Guru Agung yang melenyapkan parajika. Mampu mencabut panah keraguan dan mampu memulihkan insan yang termasuk dalam golongan tidak mampu untuk mendalami Dharma dengan baik. Akasagarbha Bodhisattva Mahasattva merupakan simbol kebijaksanaan.
Dikatakan bahwa Akasagarbha memiliki tinggi 20 yojana, memakai mahkota yang memanifestasikan 35 rupa para Buddha pertobatan. Kekuatan welas asihNya bagaikan Avalokitesvara. Beliau memberikan kesejahteraan pada para makhluk hidup terus menerus. Ditulis bahwa ketika seseorang
Bodhisattva pemula melakukan pelanggaran dan mengaku salah di hadapan Bodhisattva Akasagarbha, maka karma buruk mereka akan terhapuskan dan mereka akan menjadi segera termurnikan kembali. Akasagarbha dapat meningkatkan ingatan seseorang, seperti yang dijelaskan dalam Gumonjihou. Melenyapkan halangan-halangan dan memberikan semangat pada para praktisi untuk menyempurnakan Enam Paramita sehingga mereka dapat mencapai kebuddhaan.
Akasagarbha bahkan dianggap sebagai “saudara kembar” dari Ksitigarbha Bodhisattva. Dalam masa-masa yang lebih awal, mereka sering digambarkan bersama-sama, menyimbolka berkah dari langit (akasa) dan bumi (ksiti). Selain itu, kedua bodhisattva ini berhubungan dengan “garbha” yaituTathagatagarbha, benih kebuddhaam dalam diri tiap makhluk. Keterkaitan mereka berdua juga ditunjukkan dengan munculnya Bodhisattva Akasagarbha dalam Sutra Ksitigarbha Purva-pranidhana.
Di pulau Honshu, Jepang, sampai sekarang masih dijalankan tradisi di mana anak-anak yang berumur 13 tahun memberikan penghormatan pada Akasagarbha dengan harapan dapat tumbuh menjadi orang yang pandai.
Di Asia Timur, Akasagarbha digambarkan memegang Cintamani yang menyimbolkan kegembiraan, kebajikan dan berkah duniawi bagi semua makhluk. Di tangan kananNya terdapat pedang tajam yang menyimbolkan kebijaksanaan yang memotong kebodohan batin. Terkadang beliau juga tampak tampil dengan posisi tangan abhaya mudra (menolak bahaya atau tanpa rasa takut) sambil memegang tombak teratai atau nilotpala yang dipuncaknya terdapat permata pengabul harapan (Cintamani).
Cintamani yang dipegang Akasagarbha berbentuk seperti stupa. Stupa ini sebenarnya adalah stupa besi di India Selatan tempat teks Sutra Mahavairocana dan Sarvatathagata-samgraha disimpan oleh Vajrasattva. Stupa beserta teks ini akhirnya ditemukan oleh Nagarjuna, yang kemudian ditransmisikan ajarannya pada Nagabodhi, yang dilanjutkan pada Vajrabodhi dan Amoghavajra.
Sedangkan di Nepal, Bodhisattva Akasagarbha ditampilkan dalam posisi berdiri dengan membentuk mudra vitarka (pembahasan kebenaran) dan varada mudra (memberi anugrah). Simbolnya adalah matahari di atas buku. Kain yang sangat anggun melilit di pinggang dan selendang tipis ditempatkan
mengelilingi tubuh mulai dari pundak kiri hinggal pinggul kanan. Rambut disanggul seperti stupa (ushnisa).
Related Post :
0 komentar:
Posting Komentar