Peng Jian彭翦 (Peng Zu 彭祖) (sesi 2)
"Perayaan ultah Dewa"
Setelah kejadian Li Ko Cuan selesai, kehidupan di desa tersebut kembali normal, Mantan Perdana Menteri Ciu Kong tidak mengetahui akan perihal ramalannya telah salah. setiap hari tetap seperti biasa ramai orang antri untuk diramal oleh Ciu Kong.
Suatu pagi Peng Jian kaget saat melintas dirumah Li Ko Cuan, dia tidak habis pikir, selama ini ramalan ex PM Ciu Kong tidak pernah meleset, ada apa gerangan, Li Ko Cuan sehat bugar, Peng Jian pun bertanya, tetapi sesuai amanat To Hoa Li, kedua orang itu diam saja mereka hanya menyampaikan terima kasih karena Peng Jian sering membantu si nenek , mereka tidak menceritakan perihal apapun mengenai To Hoa Li. dalam hati Peng jian bertanya-tanya.
Melihat gelagat Peng Jian yang agak aneh hari itu, ex PM Ciu Kong bertanya " Peng Jian, ada apa dalam dirimu?" , dari tadi mondar mandir begitu ". peng Jian pun menjawab " saya tidak habis pikir tuan ku, tuan Ciu Kong masih ingat akan ramalan tuan kepada nenek yang anaknya akan meninggal tempo hari?, saya tadi bertemu dengan anak tersebut dan masih sehat bugar". Ciu Kong coba mengingat-ingat " apa? apa yang kamu lihat apa betul" dengan sedikit kecewa ex PM Ciu Kong memerintahkan memangil nenek dan Li Ko Cuan ke rumahnya, dan karena sudah meleset ramalannya maka ex PM Ciu Kong mengembalikan uang nenek dan melipatkannya 10x lipat.
Diam-diam ex PM Ciu Kong meramal ulang, dia mengetahui ada yang tidak beres dengan kedua orang itu, tetapi hal tersebut segera dilupakannya, mendengar kegagalan ex PM Ciu Kong meramal semakin hari semakin ramai saja orang datang meramal, berharap mereka juga meleset diramal sehingga dapat kembalian 10x lipat seperti keluarga Li Ko Cuan.
Suatu hari ex PM Ciu Kong melihat gelagat dari pembantunya Peng Jian terlihat aneh, kembali ex PM Ciu Kong bertanya " Peng Jian kenapa? ada apa lagi kenapa kamu bertingkah mondar-mandir, apakah ada ramalan ku yang meleset lagi?" Peng Jian pun menjawab, "tidak, tidak tuan, saya hanya ada sesuatu permintaan" sambil membungkuk, "Peng Jian, apa permintaan mu? kamu telah bekerja melayani ku selama hidup mu, katakanlah nanti pasti aku turuti", Peng Jian pun bercerita bahwa selama ini beliau mengabdi kepada ex PM Ciu Kong tapi tidak pernah sekali pun diramal oleh tuan Ciu Kong.
Mendengar cerita tersebut ex PM Ciu Kong tertawa, " oke... aku tau maksudmu, berikan aku keterangan lengkap kelahiranmu, untuk hari ini hari istimewa aku akan menambah 1 lagi jatah orang yang akan aku ramal menjadi 4 orang dan itu hanya kamu ! ", tak sadar akan perkataan tersebut kebiasaan orang Tiong hoa tidak suka mendengar konsonan 四, akhirnya ex PM Ciu Kong dengan cermat meramal Peng Jian.
Setengah kaget ex PM Ciu Kong hampir tidak dapat berkata apa-apa, selama 20 tahun mengabdi menjadi pembantu dirumahnya tidak disangka umurnya hanya sampai 2 hari lagi, tepatnya jam 5 pagi lusa Peng Jian akan mati. Ciu Kong berkata " Peng Jian, ramalan mu sudah keluar, segala sesuatu sudah ditakdirkan dari atas, mulai besuk kamu tidak usah kesini lagi, aku akan memberikan kamu kuda dan pedati, emas dan perak, gunakan lah itu jangan disimpan, pakai lah untuk menyenangkan dirimu".
mendengar hal aneh tersebut Peng Jian jadi bertanya-tanya" Tuan Ciu Kong, ada apa dengan ramalan saya, bolehkah saya tau?, Ciu Kong berkata " apalah artinya jodoh, sesuatu pasti berakhir ". mendengar itu semakin penasaran Peng Jian, " tuan kalo boleh tau kenapa jodoh saya berakhir? apa saya harus kerja ditempat lain?", Ciu Kong pun dengan berat hati memberitahukan hasil ramalannya.
Seperti bak tersambar petir hari itu seperti hari yang paling sial yang pernah ia hadapi, kuda dan pedati uang emas dan perak seperti tidak bernilai, peng jian dengan nada lemas memohon ijin untuk pulang lebih awal, dirumah pun dia seperti orang yang ling lung, dalam kebuntuan dia teringat pernah 1 kali ramalan ex PM Ciu Kong meleset, segera dia bergegas menuju rumah Li Ko Cuan.
Dirumah Li Ko Cuan, Peng Jian menceritakan apa yang menimpa dirinya, tetapi kedua orang ibu dan Li Ko Cuan hanya bisa berpandang-pandangan, Peng Jian pun semakin putus asa, karena melihat peng jian yang putus asa ibu Li Ko Cuan tidak tahan, dan iba , kemudian dia menceritakan dahulu dia pernah ditolong oleh seorang nona di desa sebelah, setelah menceritakan sampai selesai si ibu Li Ko Cuan juga mengharap Peng Jian tidak memberitahu bahwa rahasia ini sampai terbongkar, karena ibu Li telah berjanji kepada nona To Hoa Li.
Mendengar angin segar segera Peng Jian melecut kudanya menuju desa sebelah, dengan sangat cepat dia sampai di rumah To Hoa Li, Peng Jian berteriak " Nona, Nona!, nona To Hoa Li saya membutuhkan bantuan nona", To Hoa Li segera membuka kan pintu, dia merasa heran karena tidak mengenal Peng Jian.
To Hoa Li adalah seorang perempuan sakti (kemampuan batin), dia memiliki kemampuan dapat meramal dengan tempurung kura-kura, dapat membuat kertas Hu, serta memiliki mata dan telinga dewa. tetapi memiliki kepribadian yang baik, dia tidak suka sombong, dan lebih memilih hidup menyendiri, setelah mempersilahkan Peng Jian masuk dan mendengarkan apa yang terjadi, To Hoa Li langsung menolak Peng Jian " sori, tuan Peng Jian mungkin anda salah orang, saya hanya orang biasa mana mungkin bisa menolong tuan". dengan segala upaya Peng Jian memohon kepada To Hoa Li, sampai lah dia membongkar rahasia ibu Li Ko Cuan.
Nasi sudah menjadi bubur, To Hoa Li pun sekali lagi harus menolong orang mengunakan kemampuannya, dan dia tau apa yang akan menjadi konsekuensi dari itu semua, dia akan bermusuhan dengan mantan PM Ciu Kong.
Tempurung kura-kura sekali lagi di gunakan untuk meramal nasib Peng Jian, tetapi kali ini tidak dapat kias dan petunjuk untuk menolong Peng Jian karena memang sudah takdir usia Peng Jian sudah mentok, To Hoa Li pun kembali menolak Peng Jian dan menyuruh Peng Jian mencari orang yang lebih hebat dari dia, dalam keputusaan peng jian pun berlutut, " Nona, apabila nona tidak dapat menolong saya, tidak ada orang lain pula yang dapat menolong ku" mendengar hal itu To Hoa Li teringat ajaran dari gurunya, selain manusia dewa lah penolong manusia, maka secara singkat To Hoa Li memberi petunjuk tetapi hasilnya masih tidak dapat ditentukan. Peng Jian pun menuruti apa yang dikatakan oleh To Hoa Li.
Hari pun sudah berganti,sisa umur tinggal 1 hari tepat jam 5 subuh Peng Jian mati, Peng jian membersihkan diri, dan menuju ke sebuah kuil, kuil tersebut adalah kuil 8 Dewa (八仙), sesuai petunjuk Hari itu adalah hari ultah Delapan Dewa 八仙, TO Hoa Li berpesan sesuai petunjuk gurunya, pada saat merayakan ultah kebesaran dewa senantiasa dewata yang bersangkutan akan hadir dan senantiasa mengabulkan permintaan umatnya yang memohon, ini lah tradisi yang sampai sekarang dilestarikan sehingga senantiasa setiap tahun setiap kelenteng akan merayakan se jit/hari kebesaran dari para dewata, dan biasa nya sembahyang untuk sejit ini akan ramai umat yang hadir, mereka menunggu jam 12 malam untuk memohonkan sesuatu kepada para Dewata.
Peng Jian setelah sampai di kuil ia menancapkan 108 batang, sesuai petunjuk To Hoa Li, dan tanpa meminta dia kemudia bersembunyi dibawah meja altar, sambil menunggu jam 12 malam, setelah semua orang pulang 8 dewa hadir, mereka melihat ada 108 batang hio yang masih menyala, sangat aneh kenapa jam 12 malam masih ada orang yang mau sembahyang, mereka pun berkerumun didepan hiolo dan kemudian mulai menampakkan wujud asli, karena merasa tidak ada orang kemudian 8 dewamulai mendengarkan segala permohonan umat hari itu, tetapi aneh 108 hio tersebut tidak ada permohonan, pada saat itulah Peng Jian muncul dibalik meja.... kaget akan hal ini 8 dewa bergegas bertanya " kenapa anda bersembunyi dibalik meja altar?" peng jian pun menceritakan semua dari awal sampai dia bersembunyi dibawah altar.
8dewa mendengar cerita Peng Jian dengan seksama, kemudia mereka tertawa dan bertanya, "tidak ada yang tidak dapat kita kabulkan, tetapi apakah kamu sudah memiliki Kung tek (karma) yang sesuai?". Zhong Li Quan sebagai pemimpin dari 8 dewa mulai mengamati dan melihat Peng Jian, dia menerawang Peng Jian yang suka menolong manusia, berbudi luhur, bekerja tanpa mengeluh, serta suka beramal maka 8 dewa pun menyimpulkan akan menolong Peng Jian dan akan menambahkan 100 thn .
Zhong Li Quan |
Setelah itu 8 dewa kembali ke langit dan mengubah catatan umur, dikarenakan semua anggota 8 dewa mau memberikan umur tambahan maka pemegang buku umur pun menambahkan 8 kali umur dari Peng Jian, maka demikian cerita Peng Jian menjadi orang yang sangat tua di bumi hingga memiliki umur hampir 820 tahun...
Peng Jian (Peng Zu 彭祖)menjadi simbol dari dewata panjang umur, beliau tinggal di kota Pengcheng, sehingga disebut sebagai leluhur Peng, Peng Zu memiliki dua putra, Wu dan Yi, Peng Jian (Peng Zu 彭祖) tinggal di pertapa di pegunungan selatan. Dikatakan bahwa Pengzu memiliki kekuatan penyembuhan untuk orang sakit dan menciptakan obat awet muda Ketika ia makan kulit pohon cinnamom dan biji pinus, ia mampu naik di atas awan dan angin dan bisa melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat dengan kecepatan tinggi. Pada akhir dinasty shang (17-11. SM) ia berusia delapan ratus tahun. memiliki 49 istri yang telah meninggal jauh sebelum dia, dan memiliki 54 anak. Peng Zhu kemudian naik ke langit dan menghilang. Ada sebuah kuil Peng Zu di Li Yang bahwa orang-orang mengunjungi berdoa untuk hujan dan panjang umur.
Kisah Peng Zu diceritakan dalam banyak buku yang berisi biografi abadi Taois, seperti Shenxianzhuan.
Dari kisah ini pula tradisi setiap ulang tahun kita merayakan dengan makan Mi soa, yang mirip dengan jengot dan rambut dari Peng Zu yang panjang dan putih sehingga dengan makan mie soa kita dapat berumur panjang seperti Peng Zu, tetapi akhir-akhir ini mie soa diganti dengan Mie Goreng.
Next..... lanjut ke cerita ke sesi 3
(nama dan tokoh lain disesuaikan dengan cerita dari Romo Rudy Arijanto)
0 komentar:
Posting Komentar